Kau Laksana Bulan

Kau Laksana Bulan
~~Iman di hati, cinta hanya kepada Ilahi~~

Denganmu atau tanpamu

Dengan Atau Tanpamu, Kaku disatu cinta. Cinta melirikan lara. Gerak kerinduan, sendiri tanpamu. Kadang menusukkan jiwaku. Namun aku tetap tega jua lalu ku tempuhi semuanya. Cinta luhur digilap menjadi cahaya, Dengan mu hidup lebih bermakna. Keyakinanku pun semakin bertambah. Semakin mudah kaki mengatur langkah, rasa tepatnya pilih hidup bersama denganmu.

Sebelum terjatuh sakitnya tak tertanggung.Atau kemungkinan langit esok mendungDibawah langit yang terbukaKu mohon rahmat Tuhan Yang Esa

Kalau ditakdirkan aku harus berhadapanBerakhirnya suatu ikatanAkan aku relakan pada perpisahanNyawa berpisah dari badan

Kalau ditakdirkan berakhir dipertengahanSuratan sebuah percintaanSanggup aku menahanPedih perpisahanWalau menghiris perasaanSakitnya biar aku rasakan..

Saturday, December 30, 2006

Kasihku Seluas Langit Biru...

Sanjung pujiku padamu
tidak bisa kau dengar
kalau kau pasang hanya telinga.

Cuba kau suluh, kekasihku
dengan lampu matamu
di hujung kalbu
pada wajahku.

Pasti kau temu
kasihku padamu
seluas langit biru.

Sampai hujung waktu
sampai hujung nyawa
sampai tikanya.

Thursday, December 28, 2006

Tentang Bintang Yang Tak Ingin Lagi Menemani Bulan

”Cahaya bulan tidak pernah meramal, itu janji yang dipegangnya. Ia juga tidak pernah mengingatkan atau memberi awas-awas. Ia hanya menerima sinar matahari yang kemudian dipantulkannya ke bumi: kilau-kemilau”

Tahukah kamu jika pada malam hari bintang-bintang dan bulan, juga planet-planet, mega, angin, dan ketiadaan ruang angkasa saling bercakap-cakap? Ya, mereka bercengkerama, bercanda, bertengkar, atau hanya diam. Kerana itu kadang-kadang di malam yang cerah aku akan naik ke atas atap rumahku dan mendengarkan percakapan mereka, walau pada pagi harinya bapaku akan marah-marah padaku kerana atap rumah kami jadi bocor ketika hujan turun. Kadang-kadang aku malah ikut bercakap-cakap dengan mereka. Suatu hari pernah ku dengar sebuah bintang berbicara pada bulan,

“Aku tidak ingin lagi menemanimu mulai malam ini dan seterusnya” katanya.

“Kenapa?” tanya bulan “Padahal aku menyukaimu, aku menyukai malam-malam dimana kau ada dan menemaniku hingga fajar menjelang” tetapi bintang itu hanya diam meredup dan bersembunyi di balik mega. Justeru kerana bulan menyukainya maka bintang itu menghilang. Aku mengetahui hal itu kerana sebuah bintang lain yang adalah teman karibnya mengatakannya padaku.

Cinta memang aneh, bukankah ia seharusnya mempersatukan? Bintang itu mencintai bulan. Tetapi bulan tidak mencintainya, ia hanya ‘menyukainya’. Siapa pula yang membeza-bezakan cinta dengan suka? Kenapa bulan tidak membencinya saja, malah bulan menyukainya sehingga bintang tidak mempunyai alasan untuk tidak menemaninya malam nanti. Bintang yang sinarnya paling terang adalah bintang yang berwarna biru.


Sebuah iklan tong gas yang sering kulihat di television juga selalu membangga-banggakan produknya yang memiliki api biru, bukankah bintang juga seperti api yang panas dan memberikan sinar? Bintang yang sedang kuceritakan hanyalah sebuah bintang kecil yang berwarna merah. Kerana itu ia tidak pernah dapat mengumpulkan keberanian untuk berkata pada bulan “Aku mencintaimu!”. Bulan sendiri tidak pernah menganggap bintang sebagai lebih dari sahabat yang selalu menemaninya setiap malam, dan sesungguhnya bintang mengetahuinya.

“Aku mencintai matahari” kata bulan ” Ia dapat membuatku bersinar indah diwaktu malam. Ia membuatku selalu ditunggu oleh para pencinta malam. Ia membuatku selalu dinanti oleh para pujangga yang yang menulis berbait-bait puisi tentang cinta hanya dengan melihat diriku di langit malam. Anak-anak kecil menunggu kehadiranku agar dapat bermain-main di lapangan di tengah kampung (tentu saja hanya anak kampung yang menunggunya, anak-anak kota terlalu sibuk bermain play station atau chating di mirc sehingga tidak sempat lagi melihat langit di malam hari)”.

Bintang tak pernah habis berfikir kenapa bulan mencintai matahari, bulan bahkan hampir tak pernah bertemu dengan matahari dan ketika mereka bertemu pun bulan akan kehilangan sinarnya. Kita menyebutnya gerhana matahari, saat itu kita tidak diperbolehkan melihat langsung ke langit, katanya dapat merosak mata kita. Matahari tidak pernah memikirkan bulan, ia hanya bersinar dan memberikan sinarnya tanpa membeza-bezakan. Ia bahkan tidak mengetahui kalau sinarnya dimanfaatkan oleh bulan untuk bersinar dimalam hari.

Ia hanya menganggap bulan sebagai benda yang kadang-kadang menghalanginya memberi sinar kepada bumi. Mungkin matahari mencintai bumi, aku tidak tahu kerana aku tidak pernah bercakap-cakap dengan matahari dan bumi tidak pernah bercerita tentang ini, sejujurnya aku tidak terlalu peduli. Bintang merasa tidak mendapatkan keadilan. Kenapa bulan mencintai matahari yang bahkan tidak pernah memikirkan bulan, dan bukan mencintai bintang yang mencintai bulan dengan sepenuh hatinya? Bintang juga merasa tak berdaya kerana walaupun ia ingin memberikan seluruh sinarnya kepada bulan agar selalu kilau kemilau, bintang tak dapat melakukannya kerana jaraknya yang sangat jauh.


Matahari juga adalah bintang, bintang merah yang sama seperti dirinya, kerana letaknyalah matahari dapat terlihat lebih terang daripada bintang. Tapi bintang adalah bukan matahari, kerana itu bulan tidak mencintai bintang.

Cinta memang aneh.

Kerana itu sekali lagi bintang berkata, kali ini kepada semua teman-temannya “Aku tidak ingin lagi menemani bulan mulai malam ini” kemudian ia menghilang (tak hanya meredup dan bersembunyi di balik mega) dan tak pernah lagi menemani bulan. Aku akan memberitahu sebuah rahsia sekarang, BINTANG ITU ADALAH AKU. Ia turun ke bumi sebagai bintang jatuh dan mengabulkan permintaan seorang anak kecil yang menginginkan sebuah basikal merah di hari ulang tahunnya, juga permintaan sepasang kekasih agar mereka berdua dapat hidup berbahagia hingga akhir hayatnya. Ia kemudian jatuh ke rumahku dan menyusup ke dalam rahim ibuku dan menjadi aku.

Dan betapapun aku tak ingin lagi menemani bulan, kadang-kadang aku akan sangat merindukannya. Saat itu aku akan naik ke atas atap rumahku walaupun pada pagi harinya bapaku akan marah-marah kerana ada atapnya yang bocor. Dan aku akan menatap bulan dan mendengarkan percakapan semesta, sambil berharap suatu hari nanti bulan akan dapat mencintai bintang. Jika hari itu tiba aku akan terbang ke langit dan kembali menjadi bintang yang akan selalu menemani bulan.
Maha Karya Cinta

Begitu berat melangkah
melihat kau bersamanya
adakah aku yg salah
atau hanya helah saja

ku masih mencintai diri mu
bila kau menjauh
ku rindu

kau bagaikan udara
yang membantu aku untuk terus hidup diatas dunia
tanpamu ku lemah
pasti aku tak berdaya
kerna kau maha karya cinta ...

biarpun kau tidak mahu
menerima kasih daku
ku kan setia bersama mu
sehingga ke akhir waktu

ku masih menyayangi diri kamu
bila kau berlalu
ku rindu ..

kau bagaikan udara
yang membantu aku untuk terus hidup diatas dunia
tanpamu ku lemah
pasti aku tak berdaya
kerna kau maha karya cinta

kau takkan dapat aku lupakan
kerna kau lah punca cinta kita
mengajar aku erti bahagia
kembalilah ..
terimalah pesan daku
yang akan terus menunggu

Tuesday, December 26, 2006

Mimpi Yang Tak Sudah

Apa maknanya impian datang dan pergi
Membawa hati menyusuri kembali
Jalan-jalan sepi
Kau kah di situ
Yang menanti ku
Atau jelmaan titi kenangan yang bernama pengalaman

Siapakah diantara kita
Dengan rela menjadi pendusta
Siapakah dulu membina harapan
Dan siapa yang memusnahkan impian
Tanpa sebab dan alasan
Kau mainkan perasaan
Bagai taufan tiba-tiba datang dan menghilang

Kau bayang-bayang
Masa nan silam
Ada ketika terbawa-bawa oleh resah
Mimpi yang tak sudah

Aku berjuang dengan takdir sampai terasa jadi batu,
tapi air mata masih jua menitis...?


Meski hari silih berganti
dengan segala kesulitan dan kemudahan
yang ada di dalamnya
namun masih saja ada kesulitan hidup
yang keras dan sulit untuk ditaklukkan
hingga hidup terasa hina
dan tidak menjadi indah dibuatnya.

Namun tetap saja kami jalani segalanya
dengan jiwa yang tenang
dan mungkin satu pengorbanan
yang terlalu payah hanya dengan luahan.

Kami mampu menanggung kehidupan berat
yang sulit terpikulkan.
Untung saja kami masih memiliki
jiwa yang mampu bersabar
hingga tujuan hidup diwujudkan
meski banyak orang yang tidak berdaya menghadapinya.


Maafkan aku
Tidak terkias pelangi tenang
Menyusuri dunia yang kau sentuh
Dalam cantingan karya maya

Maafkan aku
Masih harus membiasakan sendiri
Menyusuri sepi lorongan
Dalam malam kalut pekat

Maafkan aku
Tidak betah lebih lama
Hadir dekat di telapak tanganmu
Waktu yang kian membisu
Ingin lebih lama
Menyemai rindu kemboja
Ingin lebih lama merasakanmu lebih dalam
Dalam waktu detik
Sejauh bahkan ribuan hari
Aku ingin lebih dekat denganmu
Waktu yang tidak pernah menjemu
Yang banyak membunuh ruang
Yang kelewat tersisa untuk kita

Bukankah kau temukan sebuah hidup
Pijaklah rumput rumput hijau
Temukan jiwa kosong dalam mimpimu
Kelak mimpiku nanti terisi
Dan diisi jiwa jiwa dari masing masing kita

Terletakkah harap
Ilusi yang masih di sini
Dalam waktu panjang, ya pilihlah
Anjakkan realiti, ya gempurlah
Sentuhkan duniamu
Walau ilusi memungkirkan indah
Dalam janji...

Friday, December 22, 2006

KEHILANGAN...

Satu pertemuan kembali
terbentuk satu dunia
dimana
Kasihmu senyummu
tangis dan resahmu
adalah segalanya aku.
Betapa indah sayang....
pertemuan kali ini
aku menyentuh hingga ke rohanimu
dan berbalaslah.
Sayangku, tawaku airmata
dan sepiku adalah
segalanya mutlak milikmu.
Sesungguhnya amat agung pemilikan ini
walaupun hakikatnya
kau tak mungkin jadi hakku
sehingga kepunyaan itu
adalah satu KEHILANGAN jua......



MIMPI YANG SEMPURNA

Mungkinkah
Bila ku bertanya
Pada bintang-bintang
Dan bila akupun merasa
Merasa kesunyian

Salahkah aku yang berjalan
Dalam kehampaan
Terdiam, terpana, terbata
Semua dalam kehaluan
Aku dan semua
Yang terluka karena kita

Aku kan menghilang
Dalam pekat malam
Lepas ku melayang

Biarlah ku bertanya
Pada bintang-bintang
Tentang arti kita
Dalam mimpi yang sempurna
Aku dan semua
Yang terluka karena Kita

Thursday, December 21, 2006

Sinar Bertemu Cahaya

Mata yang berkaca
Jernih bagaikan cermin
Menggambarkan yang rahsia

Resah yang terpendam
Jauh di lubuk hati
Mendambakan pengertian

Cinta yang sebenar
Kunci pencapai maksud
Panji kasihku berkibar

Jiwa yang cedera
Sudah bertaut luka
Bersemangat dan membara

Melunaskan impian
Doa serta perjuangan
Di penghujung kalimah
Tanpa huruf dan ayat
Sinar bertemu cahaya

Kasih memerlukan
Pengorbanan yang tulus
Tanda kesetiaan

Kasih memerlukan
Kekuatan dalaman
Baru padu dan teguh
(Cerah kemenangan)
Waktu-Waktu Begini

Waktu-waktu begini
kesepian pun meragut segala kedamaian
memisahkan hari-hari yang manis
hanya sedetik cuma

Lewat sebelumnya
kuntum-kuntum mekar menghiasi taman
sepi ini
menyusuri pohon-pohon rindu di kolamrasa
mentari menyapa di tabir kehidupan

Pun secebis ketenangan di waktu
pertemuan
tiba-tiba mengkhabarkan segumpal
sengsara lalu
terdamparlah aku di pohonan sepi.

Kini
bagaimana mungkin akan kuteguk
kembali segelas kedamaian
buat memenuhi ruang diri dan
bagaimana lagi harus kita menciptakan
hari-hari yang damai itu
supaya kita tak sendirian dalam
penantian.
jika gugur air mataku
di malam ini
kan kuhimpunkan bersama-sama
manik-manik hujan
yang berderai
di tanah gersang
kan kujadikan kalung hiasan rinduku
kan kupakai mengembara zaman

air mataku yang gugur
bersama-sama debu rindu
yang tak pernah sampai
akhirnya
menjadi sekepal malu
mengiring kembaraku
ke hujung waktu

air mataku yang gugur
adalah cinta
adalah rindu
adalah setia
adalah malu.
yang kuhitung ialah sepiku
yang kuhitung ialah mimpiku
yang kuhitung ialah resahku
yang kuhitung ialah ragaku

akan kuhitung setiamu
akan kuhitung janjimu
akan kuhimpun masa silamku
akan kuhimpun kenang-kenanganku

semuanya sirna
dihakis waktu
Seperti mimpi
tersusun indah dan mengkhayalkan
bergerak tanpa diatur
melihat kehidupan
merasai kesempurnaan

tidak pernah ada janji
semuanya tidak pasti
bila tiba saat sedar
tertinggal hanya serpihan
dari seluruh perjalanan
pedih pilu dan penuh rindu

Tuhan
berikan aku kekuatan
ingin kugoda seisi alam
biar tunduk pasrah.

Wednesday, December 20, 2006

Aishah
Merenung Bulan

Terleka aku melihat kemesraan
Mereka berpasang-pasangan
Bersenda keriangan
Bertanya aku pada diri sendiri
Mengapa kutersisih
Diulit mimpi sedih

Haruskah aku membandingkan
Nasib diri dan tuah orang
Haruskah aku melupakan
Segala kurniaan

Entah mengapa mataku ini
Halaman orang nampak berseri
Laman sendiri berwarna warni
Tak bererti
Terlalu asyik memandang bintang
Merenung bulan tinggi di awan
Bumi dipijak
Rumput yang hijau kulupakan

Entah mengapa sering terlupa
Rahmat yang tiba berbeza-beza
Untuk semua kurniaan Nya tak terhinggga
Janganlah asyik memandang bintang
Merenung bulan tinggi di awan
Bumi dipijak rumput yang hijau
Dilupakan


NZH..
Setiap orang punya rasa cinta.
Tapi tak semua orang dapat merasai cinta.
Setiap orang pernah bercinta.
Tapi tak semua mampu mengecapi bahagia.

Friday, December 15, 2006


POHON LARA

Masih setiakah engkau burung
pada pohon yang lara
setelah daunnya gugur
ke bumi gersang,
di musim kemarau
yang tiada kesudahan?

Terbang pergilah kau burung
jika kau mau,
ke pohon rendang
yang mampu beri teduhan.
Atau terus berkelana
bersama pohon lara,
di atas ranting rapuh
dan dahan seliuh.

Kiranya engkau pilih
untuk patah dan rebah
bersama pohon lara,
maka jadilah engkau burung,
sahabat setia pohon lara
sampai bila-bila.



Ruang Waktu

Tiada ruang cemas yang kosong
tiada waktu erti menunggu
bangku sepi pengunjung sudah pergi
tanpa tamu tapi tidak sendiri.

Mata fikir jua yang mengerti
Kau ada dimana-mana:
Di ranting didahan
dihujung rumput dipadang
dilembah dibukit
selamat datang berkampunglah dihati.

Thursday, December 14, 2006

Sekejap lagi tirai malam kan berlabuh
bersinarlah bulanku
hembuskan bayu rindu mu datang menyapa tubuh ini
tiupkan semangat kasihmu
moga bersatu rindu dalam sendu dan syahdu..
Pertanyaan Pertama

Akukah seorang pelari tiada destinasi?
Akukah seorang pengembara pencari kasih?
Akan teruskah aku begini merayau-rayau didunia sepi seribu janji?

Bagaikan tangan perawan memanggil untuk sampai menginjak tanah subur dan kakiku berlumpur bertongkatkan sebatang pena bakal memercikkan keringat ilmu.

Akulah pendatangmu yang tak pernah silu, akulah pendatangmu terkandus dihutan bukau.

Sudah kujamah angin lembah tangga batu bukan mamar dipendakian masuk sangkar kuliah, tanpa ilmu tak pernah lembut melainkan berbahangkan kepanasan sambil menelan bara api.

Penukaran yang kadang-kadang menghilangkan kebenaranku, tapi akar menuntut juga benang kesabaran sehingga kadang-kadang menjadi burung kakak tua bisu tak mengerti suatu apa selain bersuara tanpa makna.

Walau dihati tergenggam bantahan, tidak datang keberanian, keberanian mengucapkan kepalsuan.

Sesungguhnya aku telah sampai menjelajahi dunia mu menyelami setiap dasar dan liku yang ku hairahkan dengan seribu janji, kini terkandus dilumpur mu dengan buah ketakutan kerana mimpi ngeri, kelainan dari yang kuharapkan tentang kebenaran untuk mengajarku menjadi seorang ilmuan.

Kejituan telah disempitkan oleh akar dan tradisi dunia mu sehingga ketaranya dunia mu adalah..........!!!
Sebuah kerelaan

Aku ingin menolongmu melintasi suatu puisi meskipun aku tak berupaya menyusun kata-kata puitis namun sepatah kata cukup buatmu mengerti.
Kiranya wujud kerelaan dalam dirimu bersama kita ke pengembaraan itu, biarpun kita melalui onak dan duri berbisa, biarpun tersungkur diperjalanan namun tetap teruskan jua....

Puisiku

Kau tahu..... hingga saat ini ia masih ku simpan dalam sebuah bingkai yang amat sederhana, sebuah penghargaan diri namun hingga kini aku sering mencari-cari dirimu pada wajah dan warna dikesiangan mentari, suaramu dicelah kicauan burung, ilham ciptamu tentang hidup dan kehidupan ini seperti kata-kata mu waktu kita berbicara dulu.
Aku percaya dirimu tidak lagi kembara dan kehilangan diri kerana disinilah kekuatan mu bertolak sebagai wanita sejati.

Seguris hati buatmu

Hari esok yang berlabuh belum tentu buatmu mencukupi apa yang kau hairahkan untukku, dalam rona dan kekudusan waktu dalam menjengok hidup, tapi kau harus mengerti hari esok akan berlabuh itu akan hilang untuk sementara dalam retakkan dan kesamaran yang mampiri kegelapan dalam merangkumi liang rasa jiwa yang meresapi titik embun meruap diatas kehijauan dedaun malam, tetapi aku mengerti esok akan berlabuh disetiap sementara.

Ku tanggongi dali ku alami dalam seribu hidupku sebuah ilmuan, hidupku menghairah seribu harapan untukmu....
benarkah penantian itu suatu siksa mengguris rasa harapan biar parah bersama darah merah,


Citaku......
Yakinkah aku penantian ini akan berakhir biarpun sudah usang, namun masih gagah berdiri dengan satu penghargaan jika benar, lerailah kuntum-kuntum kerinduan yang gugur dikaki sepi akan ku pungut kembali.......
Merenung diri

Diwasai duduk ku merenung diri dan onak didalam hidup bersatu dan keilhaman ku gagal tok merobek rasa yang mungkah menatap seribu harapan halus dan ketinggian untuk menyahuti apa yang dihairahkan didalam suatu hidup bak jejambak kuilhamkan dirimu, diriku adalah suatu pohon dalu-dalu yang mendampingi masyarakatmu.

Di kelainan corakku merubah budimu untuk sampai menjelajahi liku hidupmu.

Kini terkulai diduniamu yang serba kejituan.....


Beku dan hangus

Katakanlah, biar berbuih mulutmu
katakanlah, biar lidahmu menikan hatiku merobek kesetiaanku lalu tinggalkan setiap labuhan layar lautan malam yang membelah kejujuran.

Malam, kau mengajar erti sepi dan kediwasaan.
Bulan, kau mengajar erti rindu membalut sunyiku.
Siang, ku bakar mentari membakari jiwa suci dan hari telah beku hangus tika kita mula meninggalkan bahtera suci.

Dalam kedinginan malam yang beransur tua,
tika gerimis menyirami bumi, rintiknya mercik dikakiku, malam kala itu sejuknya tubuh ini, kesendirian aku membawa perasaan. Dengan rona kesayuan dan kekudusan dibuai seribu kegelisahan. Malam itu mengajar aku tentang perwatakanmu. Aku jadi matang dengan sikapmu, jiwa yang kau miliki sungguh mengajarku memahamimu.

Hatiku.......? Perasaanku.....? Nasibku......? Aku bisakan jadi boneka penghiburmu, kuilhamkan dikau ditinta ini agar kau gembira, tapi sayang...... Aku tetap berduka dan kesunyian membawa perasaanku.

Akan ku panggang hati sendiri walau beribu bintang mengerdip sayu.....


Kembara

Kini aku kesendirian lagi,
berhiba membawa ingatan silam, dikala itu aku ditemani pungguk merindu bulan. Hati ini sayu, ia akan terus kembara mencari kedamaian yang jati. Sekalipun ia tetap kembara sejauh-jauhnya...... Demi setiap duka, suka dan derita menembusi setiap onak, duri dan liku menatap juri dunia.

Wednesday, December 13, 2006

Lelaki beristeri

Aku ikut adat lama
Bila perkahwinan ertinya saksama
Dan kini zaman baru
Bila perkahwinan jadi keliru.

Dan, seperti lelaki-lelaki zamanku
Perkahwinan menjadi hal ragu-ragu
Kenapa aku mahu kawin
Dan tidak adakah jalan-jalan lain
Kemungkinan-kemungkinan
Yang tidak memerlukan
Tanggungjawab, harapan atau kepercayaan.

Tapi apakah hidup tanpa percaya
Yang mendahului cinta dan setia?
Adakah wajar diikuti jalan itu
Tanpa harapan
Yang membendung kerisauan?

Lelaki yang ada isteri
Belajar menguasai dunia
Dalam lindungan rumahnya,
Dalam teduhan harapannya,
Dalam api kepercayaannya,
Untuk memenuhi cintanya.

Sudah kahwin?
Kenapa aku dah kahwin?
Terperangkap dalam lautan
Menolong isteri menukar kain-kain tiduran
Dan mengubah sikap menolong isteri
Menyapu rumah, membersih tingkap
Mengemas bilik, menukar lampiran anak
Mengisi botol-botol garam dan kicap?

Mengapa aku beristeri?
Sebab demi masa yang berubah-rubah
Di sebalik angin dan awan rendah
Belum ku nampak sebarang tanda
Bahawa selain dari perkahwinan
Bagi sekalian manusia
Tidak ada jaminan bahagia.
Ummi

Ku tau engkau derita
Hidup dalam duka sengsara
Namun ku iringi doa agar kau bahagia

Ummi
Ku sunting kuntum melati
Harum sewangi kasih suci

Ummi
Ku bawa penawar hapuskan derita
Apalah ertinya kehadiranku disisimu

Andaiku tak daya membuat kau gembira

Ummi
Ku petik bintang-bintang
Menyinar cahaya hidupmu

Ummi
dikala wajahku yang selalu rindu
Ku tak relakan kau kan menderita selamanya
Biarlah aku yang menanggung deritamu

Ummi
Ku ingin kau menyaksikan
Sinar yang kucipta untumu

Ummi
Berikan senyuman tanda kau bahgia
Takdir dan Waktu

Tidak ku tahu mengapakah
Sepinya melanda hatiku
Dan bukannya kemahuanku
Datangnya sendiri

Tidak ku tahu mengapakah
Pilunya dipinggir hatiku
Dan ku cuba untuk mengusir tapi tak berdaya
Lalu terbuka gerbang hatiku
Menyambut rindu datang bertamu
Aku gelisah…..

Kini rinduku menyemput cinta
Yang ditakdirkan dengan mu sayang
Bukan pintaku atau mahumu
Semuanya suratanNya
Tapi mengapakah kau sekadar waktu
Cinta yang datang cepat berlalu
Pergimu sayang bersama cinta
Tercalar pedih didalam dada
Aku tersiksa….

Aku terbiar kaku menahan
Bisanya menikam kalbuku
Separuhnya nyawa ku pandang wajah
Di depan kaca
Tutup kembali gerbang hatiku
Tidak bermaya langkah kakiku disaat ini

Tidak ku sangka jadi begini
Terpisah jua kita akhirnya
Aku sendiri tidak mengerti
Sungguh pilu dihatiku
Untuk melepaskanmu
Demi kerana ku masih sayang, sayang padamu
Terbangkit resah didalam kalbu
Terhimpun rindu sayang
Tidak kusangka terpisah jua kita akhirnya

Aku sendiri tidak mengerti luka cinta….
NILAI CINTA MU

Pernah dulu ku fikirkan
Tanpa cinta tak mengapa
Bila kau pergi ku rasakan
Sunyinya dihati
Baru kini ku tahu
Nilai cintamu

Ku renungi gambarmu
Ku baca surat surat mu
Namun pedihnya ku terasa
Tanpa kau bersama
Ku harap dikau pun
Begitu jua

Kini aku mengerti
Hanya engkau pelita hati
Semua yang kau korbankan
Hanyalah untukku
Akan tetapku kenang
Kasihmu terhadap diriku
Janji untuk bersama
Sehidup dan semati

Pernah dulu ku fikirkan
Tanpa cinta tak mengapa
Bila kau pergi ku rasakan
Sunyinya dihati
Baru kini ku tahu
Nilai cintamu

Ku renungi gambarmu
Ku baca surat surat mu
Namun pedihnya ku terasa
Tanpa kau bersama
Ku harap dikau pun
Begitu jua

Andainya kau kembali
Kan ku curahkan rasa hati
Akan aku buktikan
Cintaku yang suci
Berikan ku harapan
Untuk bersamamu semula
Akan aku buktikan
Nilai cintaku...
Kau Yang Satu

Tanpa mu akulah yang rindu
Tanpa dirimu hilanglah manjaku
Kasihmu tatanaluriku
Cintamu hanya dihatiku….

Izinkan aku
Selami hatimu
Izinkan aku
Bisikan cintaku
Janjiku pada kau yang Satu
Diriku hanyalah untukmu

Engkaulah yang Satu
Pujaan hatiku
Sucinya cintaku padamu
Sayangku…
Hanya kau yang Satu
Kasih dan rinduku milikmu
INDAH PERCINTAAN


Indahnya percintaan
Bersamamu

Terlena dibuai
kasih sucimu

Rindu yang ku alami
Dari hati tak ku sangsi
Luka yang semalaman
Ku nokhtahkan

Indahnya percintaan
Bersamamu

Bertemu dirimu
Tikaku perlu

Tak ku mimpikan begini
Dulu tak ku percayai
Oh kasih

Pertama kita bertemu
Sememangnya ku meragu
Oh salam perkenalan
Yang dirimu hulurkan

Tak pasti pula ku mengapa
Mungkin kerna ku terasa
Perlu mengenal dulu
Hati budi dirimu

Kesabaran menanti
Terbukalah pintu hati
Menyambut keikhlasan
Kasih seorang insan
Ku terima
Dirimu yang istimewa

Yang ku pinta yang ku harapkan
Oh bahagia terus berkekalan
Janjimu kan ku ingat ku pegang
Oh sayang
Bercerai Duda

Aku sudah bercerai
Mungkin berita itu
Tak memeranjat kamu
Tapi aku berkecai-kecai.

Selamanya aku fikir
Cerai seperti kawin,
Adalah hal peribadi.
Sebenarnya tidak begitu.
Bila aku bercerai
Bukan aku dan dia saja
Melarat kepada keluarga
Keluarga kami berdua
Kepada kawan-kawan
Sesama kerja dan jira-jiran
Tukang dobi pun tahu rahsia.

Pada peringkat mula-mula
Kawan-kawan datang jumpa
Macam melawat orang mati
Semua nak tengok mana dia,
Tetapi bekas isteri saya
Dah pergi rehat bersukaria.

Berkata seorang sahabat-
Maklumlah kawan rapat
Katanya semua dah tahu
Bahawa bekas isteriku itu
Mencintai lelaki baru.

Satu lagi kawan dengar cerita
Aku pun punya cinta muda
Oh, dahsyat kata-kata mereka!
Setua aku ini ada kekasih muda?
Jika betul ada taklah mengapa.

Satu kawan lagi datang berkata
Tak taulah bagaimana dia
Dan isterinya, tanpa kami berdua
Isterinya pun berkata begitu juga
Adakah kita semua harus jadi pelekat
Bagi semua perkahwinan yang sepakat?

Seorang kawan lagi bertutur
Bahawa dia makan ubat tidur
Dan dua hari lena membujur
Setelah seminggu desas-desus,
Mengertilah aku dengan jelas
Bahawa aku tak boleh kata apa-apa
Kerana tidak tahan mata
Melihat mereka berduka nestapa.

Apa yang semuanya tidak tahu
Ialah di sebalik cakap-cakap itu
Darihak nafkah, anak perlu dibantu,
Bahawa di bawah kata-kata simpati,
Ialah aku sendirilah yang ketakutan
Kerana mengalami perceraian,
Dan kini aku sendirian, kesepian.

Pada mula-mulanya
Aku akan menengok jam
Dalam hati sambil diam,
“semalam dia masih ada.”

Kini sudah lama masa berlalu
Sejak aku menjenguk-jenguk waktu
Sudah begitu lamanya,
Tengok kelendar pun tak ada makna
Tapi pada mula-mula bercerai
Segala sebab-sebabnya dihurai
Kenapa orang ramai
Yang menangis dan mengilai
Seolah-olah mereka semua pandai
Dan cerita mereka belum selesai.

Aku fikir kerisauan baru
Serupalah dengan susu baru:
Kita minum cepat-cepat
Sebelum ia masam dan berkulat.

Tetapi kehibaan tak boleh dipakai
Dari semusim ke semusim
Seperti mutiara-mutiara yang lazim
Kita pakai sebagai rantai.

Berduka nestapa akan menjadi
Sesuatu yang tidak disukai
Kepada orang-orang yang memerhati
Akan masa-masa kedukaan kita.

Duda yang elok kelakuan
Tidak menangis bersedu-seduan
(aku?menangis? hanya kerana aku kesunyian sebab
Ketiadaan seorang perempuan yang pernah kucintakan?)

Seorang duda yang budiman
Hidup terus berpedoman
(aku berus gigiku dan tidak menampar dinding. Aku
Tidak mendongak dari hujung jarumku dan bertanya, “kenapa”?)

Seorang duda yang benar
Mengetahui dimana duduknya.

Duda yang waras fikirannya
Tidak meminta apa-apa
Kepada anak-anaknya
(aku senyum dan berkata kepada mereka, Ya, buatlah, silalah.
Aku tahu kau punya hidup sendiri
Aku tidak irihati
Dan berkata kepada mereka,
“dulu aku pun punya hidup juga.’)
Aku berfikir sambil baring dalam gelap
Akan segala hal yang kami rancangkan
Sendirian tidak bermakna apa-apa,
Tapi siapakah mau dengar nanyian solo
Seorang duda dan kedudaannya?

Tidak ada sesiapa
Selain seorang lagi duda,
Kerana hanya dia sahaja
Yang tahu pahit maungnya
Hal demikian takkan berubah warna,
Sebab “alah bisa kerana biasa”.
Ku menatap langit
Yang tenang
Dan takkan manangisi malam
Tuk tetap berdiri
Ku melawan hari
Ku akan berarti
Ku takkan mati

Mungkin masaku
T’lah berlalu
Mungkin hatiku
Tak berbentuk lagi
Rasa ini takkan terobati
Tetapi mati
Takkan mengobati

Ku menatap langit
Yang tenang
Dan takkan
Manangisi malam
Tuk tetap berdiri
Ku melawan hari
Ku akan berarti
Ku takkan mati
Azimat Cinta

Cahaya cinta menyinar
Berkilauanlah selautan kasih
Bercahaya…
Bagaikan butiran permata
Seolah-olah terapung
Dipermukaannya…

Daku menjejaki pantai rindu
Mengutip kasih yang terdampar
Kau merantaikannya satu demi satu dengan kasih sayangmu
Kini menjadi kalungan azimat cintaku….

Walau tidak dibasahi hujan
Namun tempiasnya menyegarkan
Biarpun rembulan tidak diribaan
Namun cahayanya cukup menerangi bayangan

Harumlah…..cinta dijiwa…
Sewangi kasturi syurgawi…
Semoga bahagia jadi milik kita…
Nan abadi selama-lamanya…

Daku menjejaki pantai rindu
Menyaksikan rintihan berlalu
Ombak resah yang menghempasi diri
Hanyutkanlah kedukaan
Bawalah jauh daripada bayangan….

Andai sinar mentari
Terlindung di balik redupan awanan
Yang berlabuh….
Singkaplah tirai kasih mu
Agar bisa ia menyinarkan cahayanya
Untuk kita berdua…
yang kuhitung ialah sepiku
yang kuhitung ialah mimpiku
yang kuhitung ialah resahku
yang kuhitung ialah raguku

akan kuhitung setiamu
akan kuhitung janjimu
akan kuhimpun masa silamku
akan kuhimpun kenang-kenanganku

semuanya sirna
dihakis waktu.

30 November 2006


Hidup adalah perjuangan.
Sekali ombak naik, sekali ombak turun,
kadang-kadang kita memukul dan kadang-kadang
kita pula terpukul. Aku perlu berani mengharungi lautan,
walau beratus kali aku kan karam.
TUHAN

Tuhan,
Kiranya kasih sayang ini suci
Maka
Kuharap semailah ia dengan bibit rindu

Tuhan
Kalaulah rindu ini benar
Bajailah ia dengan titis cinta
Pagarkan ia dari titik-titik noda

Tuhan
Sekiranya cinta ini kudus
Hiasilah ia dengan jambangan pengorbanan
Harumkan ia dengan wangian keikhlasan

Tuhan
Kurniakan aku cintaMu
Dan cinta orang yang mencintaiMu
Serta cinta orang yang boleh menghampirkan
Aku padaMu
Jadikanlah cinta itu
Cinta yang boleh aku dambakan.



Sekiranya ada rindu
masih lagi diriku memerlukannya
seperti malam merindukan bulan
Dan seperti siang tanpa cahayamu

Tuesday, December 12, 2006

Setiap malam aku merenung ke dada langit dan kulihat bintang­-bintang rindumu bergermerlapan di sana. Betapa aku bahagia kerana aku tahu saat itu bukan hanya aku malah dirimu juga turut merindui, kerana terlalu banyak bintang yang bersinar di langit tinggi.

Kekasih…Bahasa apa yang patut aku bicarakan bagi mempersembahkan rindu di dada ini? Kini hanya tinggal tutur mata yang buat menulis lembaran rindu yang jika diperkisahkan nescaya tidak akan tamat selamanya. Sehingga tiba saat yang telah ditetapkan Tuhan untuk aku, dirimu dan kisah kita ini. Dan di waktu itu kita akan pasrah dan redha segalanya yang telah ditakdirkan Tuhan.

Tuhan…Dengan namaMu aku bermohon dan dengan sebab cinta aku berharap. Tunjukkan aku jalan yang sebenar dalam menghadapi cinta. Jangan Engkau biarkan aku hanyut dalam rindu sewaktu gelombangnya menenggelamkan jiwaku bersendu. Hanyut aku kelemasan jika tanpa secebis rahmat daripadaMu. Wahai Tuhan….

Tuhan..Aku cukup bahagia begini walaupun kadang-kadang rindu ini terlalu mencengkam jiwa. Bahagiakanlah dia sebagaimana Engkau bahagiakan aku dengan cintanya. Rahmatilah dia sepertimana Engkau rahmati aku dengan kasihnya. Peliharalah dia sebagaimana Engkau pelihara diriku dengan rindunya. Jadikanlah cintaku ini tulus, kasihku ini suci dan rinduku ini benar. Jadikanlah semuanya itu seumpama sirna cahaya yang menerangi kelamnya perjalanan di malam hari.

Tuhan…Rahmatilah cinta kami, berkatilah kasih kami dan sucikanlah rindu kami. Satukanlah hati kami dengan namaMu. Ikatlah cinta kami atas jalan keredhaanMu. Matikanlah kami dengan cinta yang akan membawa kami menghadapi Mu dengan cinta.

Tuhan…Jadikanlah kami orang yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk. Yang tidak menyesatkan dan tidak disesatkan. Damai dengan para kekasihmu dan memusuhi kepada musuh-musuhmu, demi cinta kami kepadaMu, kami mencintai orang-orang yang Engkau mencintainya. Dan demi permusuhanMu, kami akan memusuhi orang-orang ng memusuhi Engkau.


Monday, December 11, 2006

Perpisahan Cinta

- Kerana tiada harapan lagi, berkucuplah dan berpisah cukuplah sudah dan kau akan gembira, ya,gembira sepenuh hati kan bersihnya dapat kau bebaskan diri.

Berjabatlah kali terakhir, padamkan segala janji dan padamkan segala ingatan sekalipun janganlah ternampak diwajah sekilaspun garis-garis kedukaan. Kini diakhir-akhir nyawa kasih itu tika hadirnya kian lemah, kasih ghairah membisu.

Tika iman berlutut di katil maut dan kemurniaan menutupkan mata.

- Kini kalau kau mahu, bila semua dah putus asa, dari mati ke hidup, mungkin kau memulihkan nyawa!


Pintu masih terbuka
(untuk yang masih merajuk)

Pintu masih terbuka, silakan!
tanpa tiket atau salam atau
membuka sepatu masuklah kedalam,
duduklah! Dimana-mana ruang
atau sudut penjuru, buanglah!
bimbang atau gusar itu
atau segala prasangka diri, yakinlah!
ini juga rumah kita yang
kau tinggalkan kerana merajuk.

Memang pintu masih terbuka, masuklah!
tanpa undangan atau selamat datang
jenguklah! Ranjang di bilik kosong
yang kau tinggalkan, lihatlah!
terbaring lesu dan terbentang
percayalah! Diri ini terus kesepian
menunggu tamu yang entah kembali datang.

Sementara pintu masih terbuka, tengoklah!
banyaknya waktu untuk kita menjahit
mimpi koyak oleh geram, ingatlah!
banyaknya rindu kita menganyam
hati rabak oleh dendam.

Sementara pintu masih terbuka, percayalah!
jika memang tercipta antara kita
yang tersirat dah tersuratkan
pulanglah….buangkan segala dendam kesumat dihati.


Dan, Aku Pun Menjadi Lebih berfikir

i)
Maaf, seandainya aku:
masih belum bersedia mengerti
dan untuk memahami sesuatu
yang pernah engkau bayangkan
sekalipun rambutku semakin hitam
oleh pengalaman masa lalu.
- pun, sewaktu-waktu berlalu
pernah dibisikkan mesra perempuan
kerana sedemikian bicara
belum terfikirkan.

ii)
Sehingga pertemuan lalu menyakinkan
dan seperti menentu segala kemungkinan
- aku pun menjadi lebih berfikir
dan rela menoktahkan sebuah kepastian
dari kejujuran yang saling mengizini
lalu, kita pun bicara:
tentang perasaan dan harap
tentang persefahaman dan niat.



Andainya Aku Tahu

Seandainya aku tahu
perjalanan hanya sampai disini
takkan ku biarkan
panorama sepanjang jalan lewat begitu saja
sehingga mereka memanggil-manggilku
kelu….

Tapi perjalanan hanya sampai di sini
dan aku berhenti pada tempat
kehilangan cahaya
sedang orang-orang dibelakangku
bersorak terus
dan aku hanya senyum pahit dihati

Sekarang aku menjadi penonton
tak bias membezakan warna
di ruang segi empat yang pekat
tanpa jendela, pint dan kaca
sepi tanah yang dulunya ramah

Kini tinggal bekas-bekas telapak
kakiku
yang sebentar nanti punah ditelan
waktu….


Kenangan Lalu

Semalam yang berlalu
adalah sebuah lagenda
sukar untuk di hapuskan
dari diari sebuah kehidupan

Kini ku lewati hari semalam
dengan getirnya perjalanan
dan pedihnya perpisahan
hancurnya kemesraan

Terdampar di sini
di keterasingan kini
kekuatan ku bagai teruji di sini
dalam lelah menjaring harapan
lalu menyedarkan sendu mimpi ku
dalam kemelut rindu yang hakiki
bakal kita tinggalkan


Bicara Tentang Cinta

Cinta adalah perasaan
cinta milik setiap insan
cinta tanda kasih sayang
cinta mengeratkan perhubungan
cinta banyak cabangnya
cinta pada Ilahi cinta diri sendiri
cinta pada keluarga cinta saudara mara
cinta hakiki dan abadi hanya pada Ilahi
cinta sesama insan cuma suatu tuntutan
Fitrah alam
Antara lelaki dan perempuan
Saling memerlukan
Tak dapat dielakkan.


Suara

Suara…..
kau datang bersama bayu
menyusul dijiwa ku

Kau telah membisikkan
ketelingaku dengan gemamu suara! Suara!

kau datang bersama suara
suara datang bersama kau
lalu membisikkan padamu

Kalau hendak senang mesti susah
kalau hendak susah sangat senang
kalau hendak senang tempuhi susah
sesudah susah pasti akan senang.
Kami kembali lagi
Menyapa daerah sunyi ini
Disambut wangian kemboja
Dan salam bait buat penghuninya.

Bertimpuh di makam kakumu
Terpaku kami menganyam rindu
Mencari seraut wajah jernih
Yang selama ini berdiri
Di kaki penderitaan
Bersama hati diguris sembilu
Menyudu malang
Sehingga batas masa itu tiba.

Lambaian senja menggamit sudah
Justeru pertemuan berpenghujung
Jauh di kolam hati
Bait-bait doa tetap bersyair
Mengharap ruang sinar
Mengerdipkan Nur cahayanya
Pemain Ombak

Kaukah ombak
yang menyusur pantai
membasahi kaki pemain pantai
mencecah jemari penanti kaki senja.

Aku yang masih disitu
berdiri mengusir pasir
disapu ombak yang berderai.

Bulankan terang
menemani sepi maya.


Waktu-waktu Begini

Waktu-waktu begini
kesepian pun meragut segala kedamaian
memisahkan hari-hari yang manis
hanya sedetik Cuma.

Lewat sebelumnya
kuntum-kuntum mekar menghiasi taman sepi ini
menyusuri pohon-pohon rindu di kolam rasa
mentari menyapa tabir kehidupan.

Pun secebis ketenangan di waktu pertemuan
tiba-tiba mengkhabarkan segumpal sengsara lalu
terdamparlah aku di pohonan sepi.

Kini
bagaimana mungkin akan kuteguk
kembali segelas kedamaian
buat memenuhi ruang diri dan
bagaimana lagi harus kita menciptakan
hari-hari yang damai itu
supaya kita tak sendirian dalam penantian.
Hatiku-Hatiku Jua…..

Duhai….
sepikah itu?
menemani di nostalgia dalam diriku
mencengkam ruang kalbu
atau bunga-bunga rindukah?
yang bertimbun di kolam hati
menjadikan aku semakin sunyi
dalam penantian sebegini
kalau tidak pun paling pasti
barangkali itu tanda resah
yang datang menjenguk
menyerapi perasaan dan impian
yang tidak kesampaian…..

Dan itu tiada siapa yang tahu
disebalik senyum dan sepiku
tangis dan hibaku
segalanya tiada siapa yang tahu
melainkan…….
dia yang Maha Mengetahui
kerana hatiku!, Hatiku jua!


Kesepian

Ku ramas gumpalan sepi
dan semahunya menghancurkan
namun tak upaya
tetap kukuh selamanya
diampu kekosongan
semusim ia dating dan pergi
bagai angin yang bertali arus
tanpa putus.

Lantas ku gulung tikar duka
ku tutup diari sedih
ku cuba melupakan segalanya
bagai tercetus satu kemahuan
dalam keharuan
membuat ku lupa
segala kesepian……

Kekosongan semalam
kini kurasakan
bagai terlerai dakapan semalam
terlihat pancaran
sinaran bahagia……
Jangan Kau Nangis Lagi

Melihat kau berduka
meratap hiba
pada nasib sengsara
aku ikut gulana.

Kesatlah air suam di pipi
jangan kau nangis lagi.

Kau katuplah pintu mata air
pada mata yang sekian lama mengalir.

Mata
yang hanya dua,
jangan kau perbuta
dengan genangan air lara.

Apa kau kira
nestapa bisa mengubat luka
menawar duka?

Bukalah mata
lihat betapa indah cahaya
menyelinapi jendela

Tinggalkan segala duka di belakang
duniamu masih terang benderang.


Kasihku Seluas Laut Biru

Sanjung pujiku padamu
tidak bisa kau dengar
kalau kau pasang hanya telinga

Cuba kau suluh, kekasihku
dengan lampu matamu
di hujung kalbu
pada wajhku

Pasti kau temu
kasihku padamu
seluas laut biru

Sampai hujung waktu
kasih ini hanya untuk mu.


Menggamit Bintang

Telah datang
angin kencang
membasuh awan
bergelumang hitam bersekian

Lalu menyinar mentari
pada siang hari.
Bulan ikut mengambang
bila malam jelang.
Berlalulah musim rundung
wajah murung
di bawah mega mendung

Mari
kita tari rentak mentari
mandi di cahaya bulan.
Kita gamit dengan tangan
bintang-bintang gemerlapan.


Buluh Perindu

Ketika turun embun
kutanam buluh di persada kebun.

Kubaja dengan pati mayapada
dari taman inderaloka
penyegar jiwa.

Kusiram dengan air teduhan kasih
indah warna-warnanya
tatkala akarmu mencari maya.

Kudongakkan tunduk cinta
dengan tegap kasih kasturi

Ku lentur dengan senandung rindu
tiada hujung
tatkala kasih meranum.

Kubelai dengan angin restu
dari kalbu
sarat mengendong rindu

Kupayung dengan tadahan hajat
berpagar kata muafakat
kata kalimat nan keramat

Suburlah kau buluhku
jadi serumpun perindu
menyuling lagu merdu.


Selamat Malam Keringat

Selamat malam keringat
kau mengalir dari pagi
mengalahkan air kolam kesal
yang singgah sesekali
pada pipi.

Matahari muda di timur tadi
kemudian tua di barat bumi
tidak sesaat pun menoleh kita

Bulan malam yang tiba
memaling muka manisnya
bukan kearah kita.

Selamat malam keringat
besok datanglah lagi.
Kalau pun matahari tidak memerhati
dan bulan bisu berlalu,
kita tidak rugi apa-apa.


Mara Dengan Fikir

Kugenggam kekuatan, ke dalam
kepalan tangan kanan.
kutumbuk tembok batu, penyekat
kemahuanku.

Yang tumbang aku
tembok tetap di situ.

Kuperah fikiran, kudamaikan
otak dengan hati.
kususur tembok batu, penyekat
kehendakku.

Yang lalu aku
tembok berdiri kaku.

kuperah fikiran, kudamaikan
otak dengan hati.
kugenggam kekuatan, ke dalam
kepalan tangan kanan.
Kutumbuk tembok batu, penyekat
kemahuanku.

Yang mara aku
tembok berkecai jadi debu.


Ikhtiar

Tuhan menyuruh kita berikhtiar,
mencari jalan sebelum menadah tangan
memohon belas ikhsan.

Apakah daya kita, hendak
mencakar kuku tiada, hendak
mengigit taring melengkung, hendak
menumbuk tangan luka, hendak
menendang kaki kudung.

Tuhan menyuruh kita berikhtiar,
bukan sekadar melawan dengan kekuasaan
tetapi melawan juga dengan fikiran.

Fikiran sahaja tanpa apa-apa
tidak dapat mengalahkan senjata.


Cinta Pertama

Pada usia begini
kita pun dilanda cinta.

Cinta putik sebegini, lahir di waktu pagi
biar harum subur mewangi.

Kalau nanti, kita ketemu lagi
memetik sekuntum bunga di taman pelangi
bawalah bahagia padanya.
Cinta pagi biar jadi kasih sayang
mekarnya sampai ke petang
tetap kekal hingga ke malam.


Tamu Semalam

Tamu semalam
yang datang di penghujung malam
kubukakan pintu hati
persalinan kasih sayang.

Mentari pagi muncul lagi
ditinggalkannya padaku
sebilah belati
tercacak pada hati.


“Walau dalam nestapa
kerana setia pada kata?
ketika hari menjadi malam
aku bertemu sebiji bintang
tinggi di awan
memberiku senyuman
dengan cahaya gemerlapan.


Antara Embun Dan Insan


Telah turunlah
embun suci,
pada dinihari.
Lalu singgah sejenak
Di daun keladi
Sehingga pagi.

Anginpun bertiup
Mengocak keladi.
Lalu gugur
embun suci
ke rumput bumi

Matharipun terbit
Menghangat bumi.
Lalu lesap
embun suci
menghilang sepi.

Di alam fana ini
insan adalah embun:
hinggap sekejap
meminjam bumi;
Tiba ajal pulanglah ia.
Ya Allah....!

Di persisir angin yang menyapa
Aku terhidu bau harum....
Itulah harapanku kepadaMu
Agar Engkau mengutip cintaku
Yang pernah berselerakan disaluti debu.

Ya Allah....!
Daku tetap menantiMu di setiap kali
Angin menyapa jasadku...
Daku tetap mencintaiMu
Meski berulang kali telah kumungkiri....
Daku masih mencintaiMu
Dan aku mahu terus begitu....

Ya Allah....!
Meski fajar terbenam....
Meski rembulan sembunyi di balik awan
Meski senja tiada lagi warna jingga....
Aku masih ingin mencintaiMu....
Meski cinta itu sungguh payah kumiliki....
Meski cinta itu sungguh payah
Untuk kuselitkan ke dalam hati....

Dan....
Daku pasti
Dengan rahmat dan kasih sayangMu....
Daku tetap akan menanti
Meski waktu itu, separuh nyawaku telah
Engkau pisahkan dari jasadku....
Dan semoga cinta ini
Akan menjadi saksi bahawa
Aku tidak mahu pulang
Tanpa cintaku kepadaMu
Ya Tuhanku!
Diam

Sesudah tiba waktunya, tengah malam
Menunggu warna reda terpancar
Sinar matamu bening dan menikam
Aku telah memilih diam

Diam bukan bererti marah
Diam bukan bererti kalah
Diam bukan bererti salah
Diam bukan bererti lemah

Malam ini kita dicabar dengus angina
Mana ada cinta perkasa yang tak membadai
Antara umbi hidup dan sulur kehidupan
Aku telah memilih diam

Diam mengajar aku memahami sabar
Diam adalah salju memadam api amarah
Diam umpama bunga penyeri halaman
Mereda gelora
Diam dibina dengan ambangan bulan
Mencari kebenaran
Diam seperti memandang cermin diri

Sesudah tiba waktunya, tengah malam
Izinkan aku memilih diam
Sehingga kutemui kata-kata
Yang mampu menjadi makna
Dipantai Itu…

Laut, kau pendamkanlah
resah geloramu
aku ingin menjala bulan
yang terapung didadamu,
aku ingin memukat cahaya
yang berlalu bersama arus itu.

Angin, kau simpankanlah
gelisah derumu
aku ingin melayangkan mimpi
dilangit pantai
lalu terdampar dipulau impian.

Awan, kau saksikanlah
kesetiaan pantai menyambut ombak
biarpun datangnya membawa gelora….


Pemilihan

Usah dihairankan
jika bintang-bintang itu
hanya berkedipan diwaktu malam
ketika bulan sedang mengambang
dalam kesyahduan.

Dan jangan dihairankan
kalau ia menghilangkan diri
bersama terbitan mentari
yang hangat memancar
hampir membakar isi alam

Bulan dan Bintang….pertemuan membawa kenangan….
Keresahan

Dikegelapan malam
aku tercari-cari
di mana sinarnya
keresahan melanda
menenggelamkan emosi
sukar ku tafsirkan

Keresahan
apakah yang kau bawa
hadiah suka, hadiah duka
menunggu penuh debaran
menghitung tiap detik
dan waktu yang berlalu
keresahan melanda hati
menguasai diri
dan aku
masih terpaku disini….


Semuanya Seperti Baru Bermula….

Tidak akan kuletakkan resah ini
didupa pertemuan kita seperti mula
dengarlah detik jam hingga ke
subuh hari

Tanda peralihan waktu
tidak usah gentar untuk
menjamah embun dipagi ini

Semuanya baru bermula
untuk merasai teriknya
panas mentari

Saturday, December 09, 2006


Biar Putih Tulang


Langkah terhenti
Degup jantung berderai
Terus menanti seribu tahun lagi
Rela aku begini
Dalam suasana yang sepi
Walaupun tersembunyi
Di malam gelap gelita

Mendung hadiri
Bumbung telah kubina
Yakin diriku tahu engkau menjelma
Terbakar dalam hujan mustahil bagi diriku
banjir dalam kemarau takdir yang akan memastikan

Hajat dihatiku
Ingin mencapai bintang
Biar beribu batu
Daya aku tak mampu

Patah pujangga biar putih tulang
Jangan putih mata
Dan kecewa
Biar pun hilang kemana pun jua
Namun semangat ku tetap bersamamu



Melayang~Dewi Sandra

Melayang
Uhh.uhh..yeah?
Melayang..bulan menari
Melayang?
Aku melayang

Bila kini kau panggil namaku
Aku yakin datang dekatmu
Janganlah tersisa rindu di hati
Separuh diriku tak bisa mengerti

Ada sesuatu dalam hadirmu
Selalu membuat hasratku tergoda
Dan ku tak mungkin menepis merasa
Ku ingin membara bersama
Di pelukanmu

Melayang bulan menari
Diatas angan langit cintaku
Biarkan malam berlalu
Habiskan waktu tuk bersamamu

Ku ingin bersamamu?

Ada sesuatu dalam hadirmu
Selalu membuat hasratku tergoda
Dan ku tak mungkin menepis merasa
Ku ingin membara bersama
Di pelukanmu

Melayang bulan menari
Diatas angan langit cintaku
Biarkan malam berlalu
Habiskan waktu tuk bersamamu

Cintaku bersamamu bermalu ohh..
Diriku bersamamu ohh..