Kau Laksana Bulan

Kau Laksana Bulan
~~Iman di hati, cinta hanya kepada Ilahi~~

Denganmu atau tanpamu

Dengan Atau Tanpamu, Kaku disatu cinta. Cinta melirikan lara. Gerak kerinduan, sendiri tanpamu. Kadang menusukkan jiwaku. Namun aku tetap tega jua lalu ku tempuhi semuanya. Cinta luhur digilap menjadi cahaya, Dengan mu hidup lebih bermakna. Keyakinanku pun semakin bertambah. Semakin mudah kaki mengatur langkah, rasa tepatnya pilih hidup bersama denganmu.

Sebelum terjatuh sakitnya tak tertanggung.Atau kemungkinan langit esok mendungDibawah langit yang terbukaKu mohon rahmat Tuhan Yang Esa

Kalau ditakdirkan aku harus berhadapanBerakhirnya suatu ikatanAkan aku relakan pada perpisahanNyawa berpisah dari badan

Kalau ditakdirkan berakhir dipertengahanSuratan sebuah percintaanSanggup aku menahanPedih perpisahanWalau menghiris perasaanSakitnya biar aku rasakan..

Thursday, December 14, 2006

Sebuah kerelaan

Aku ingin menolongmu melintasi suatu puisi meskipun aku tak berupaya menyusun kata-kata puitis namun sepatah kata cukup buatmu mengerti.
Kiranya wujud kerelaan dalam dirimu bersama kita ke pengembaraan itu, biarpun kita melalui onak dan duri berbisa, biarpun tersungkur diperjalanan namun tetap teruskan jua....

Puisiku

Kau tahu..... hingga saat ini ia masih ku simpan dalam sebuah bingkai yang amat sederhana, sebuah penghargaan diri namun hingga kini aku sering mencari-cari dirimu pada wajah dan warna dikesiangan mentari, suaramu dicelah kicauan burung, ilham ciptamu tentang hidup dan kehidupan ini seperti kata-kata mu waktu kita berbicara dulu.
Aku percaya dirimu tidak lagi kembara dan kehilangan diri kerana disinilah kekuatan mu bertolak sebagai wanita sejati.

Seguris hati buatmu

Hari esok yang berlabuh belum tentu buatmu mencukupi apa yang kau hairahkan untukku, dalam rona dan kekudusan waktu dalam menjengok hidup, tapi kau harus mengerti hari esok akan berlabuh itu akan hilang untuk sementara dalam retakkan dan kesamaran yang mampiri kegelapan dalam merangkumi liang rasa jiwa yang meresapi titik embun meruap diatas kehijauan dedaun malam, tetapi aku mengerti esok akan berlabuh disetiap sementara.

Ku tanggongi dali ku alami dalam seribu hidupku sebuah ilmuan, hidupku menghairah seribu harapan untukmu....
benarkah penantian itu suatu siksa mengguris rasa harapan biar parah bersama darah merah,


Citaku......
Yakinkah aku penantian ini akan berakhir biarpun sudah usang, namun masih gagah berdiri dengan satu penghargaan jika benar, lerailah kuntum-kuntum kerinduan yang gugur dikaki sepi akan ku pungut kembali.......